Kandungan
air pada bambu cenderung memiliki proporsi lebih besar dibandingkan
dengan kayu. Bentuk dan ukuran pori-pori bambu yang lebih besar dari
kayu juga ikut mempengaruhi kecepatan pengeringan. Demikian pula dengan
proses pengeringan pada bambu, dilakukan persis sama dengan
langkah-langkah yang dilakukan pada kayu, hanya saja waktu yang
dibutuhkan lebih pendek.
Metode pengeringan bambu sedikit berbeda dengan kayu. Kayu lebih efektif
& efisien dikeringkan pada waktu masih berupa papan lembaran atau
balok. Sedangkan pengeringan bambu sebaiknya dilakukan 2 kali. Ketika
batang bambu masih utuh dengan panjang 3-5 meter pengeringan menggunakan
ruang Kiln Dry untuk kayu dengan penyusunan melintang satu sama lain.
Pengeringan pada langkah ini untuk menjaga bambu tetap lurus.
Ketika batang bambu selesai dipotong menjadi ukuran panjang
komponen(semi-raw material), dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan
metode vacuum. Batang-batang bambu dimasukkan ke dalam tabung Kiln
dengan ukuran lebih kecil. Proses pengeringan kedua ini akan lebih
bermanfaat mengurangi resiko jamur pada bambu dan untuk mengeluarkan
kandungan air pada bagian tengah batang bambu. Kandungan air tersebut
tidak bisa secara maksimal dikeluarkan pada saat pengeringan dengan
ruang Kiln Dry.
Bagi usaha furniture bambu yang kecil dan sederhana, sistem vacuum
menjadi sebuah investasi yang besar dan belum tentu bisa direalisasikan.
Jalan keluar sementara tetap bisa menggunakan sistem Kiln Dry untuk
batangan bambu yang kecil dan mengandalkan pengeringan alam untuk batang
bambu yang masih utuh.
Pekerjaan yang paling sulit pada pengeringan bambu adalah usaha untuk
membuat bambu kering dengan mengeluarkan kandungan air dan getahnya
tanpa membuat bambu pecah atau retak.
Salah satu metode alamiah yaitu dengan cara merendam dahulu bambu di
dalam air selama 90 hari lalu letakkan di bawah sinar matahari.
Kelemahan metode ini adalah waktu dan resiko apabila suhu terlalu panas
akan membuat bambu retak.
Selain itu terdapat metode dengan memanasi bambu di atas arang dengan
suhu sekitar 120 °C hingga bambu berwarna hijau muda atau kuning
kecoklatan. Setelah itu bambu diletakkan di ruang kering selama beberapa
hari untuk pengeringan dengan sirkulasi udara. Orang Jepang menyebut
metode ini ABURANUKI.
Sumber : http://www.tentangkayu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar